pesona bahari

Rabu, 11 Agustus 2010

Mesjid Agung Nurul Yaqin lebih dikenal dengan sebutan Mesjid Pintu Seribu (MPS), karena memiliki jumlah pintu yang sangat banyak. Terletak di RT 01/03, Kampung Bayur, Priuk, Kota Tangerang, Banten. Didirikan pada tahun 1978 oleh salah seorang penduduk setempat yang bernama Alfakir Syekh Mahdi Hasan Alqudrotillah Almuqoddam. Tujuan pembagunannya adalah sebagai tempat beribadah dan tempat menyebarkan Agama Islam.

MPS dibangun tanpa memiliki konsep dan arsitektur yang jelas, bahkan jumlah pintu sesungguhnya yang ada dalam Mesjid tersebut tidak pernah dihitung secara pasti. Hingga saat ini bangunan Mesjid tiga lantai tersebut masih dalam tahap pembangunan. Tampak dari kejauhan MPS lebih menyerupai benteng tua peninggalan Belanda, tetapi tampak depan gaya bangunan MPS lebih condong pada arsitektur China, sementara apabila memasuki ruangan yang ada dalam Mesjid tersebut, kita akan melihat megahnya arsitektur timur tengah dengan ratusan ruang kecil yang disebut dengan musholah. Apabila posisi kita berada di atas atap MPS, seolah-olah kita sedang berada dalam setting lokasi film ’Prince Of Persia’ .
Di dalam Mesjid kita akan menjumpai banyak sekat dan lorong kecil sehingga membentuk ruangan-ruangan kecil. Dibutuhkan konsentasi yang tinggi untuk menelusuri Mesjid tersebut karena penerangannya hanya mengandalkan sinar matahari saja.
” Ruangan ini sengaja di desain seperti ini, Maksud dari ruangan yang gelap dan banyak lorong ini adalah, seseorang harus melewati jalan yang tidak mudah, dengan sifat rendah hati dan tidak sombong seperti menunduk ketika berjalan di lorong-lorong, untuk menuju cahaya atau kebahagiaan yang abadi di akhirat.” tutur Pak Supandi yang merupakan Kuncen atau Juru Kunci pada MPS.
Di dalam Mesjid ada terpajang tasbih dengan ukuran jumbo memiliki 99 butir dan berdiameter 10 centimeter, bertuliskan ayat-ayat Al Qur’an. Pada bagian sebelah timur terdapat makam dari anak pendiri MPS. Tidak jauh dari makam, kita akan menjumpai sebuah bedug yang sudah usang dan tidak terpakai lagi, yang usianya hampir sama dengan bangunan tersebut.
Sekarang, mushola di dalam masjid digunakan untuk aktifitas pesantren, seperti Tawasul, Dzikir hingga pengajian rutin. Pada saat perayaan hari besar Agama Islam akan banyak kegiatan yang dilaksanakan di Mesjid tersebut.

MPS tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan, terutama kaum muslim yang hendak berziarah atau sekedar ingin menikmati pesona dari bangunan Mesjid, baik dari dalam maupun luar negri. Sebagai salah satu cagar budaya sudah selayaknya Pemerintah turut serta melestarikan dan memelihara MPS. Meski MPS masih dalam tahap pembangunan, beberapa tempat sudah sangat usang, butuh pemugaran agar tidak terjadi kecelakaan saat berkunjung. Dituntut kesadaran masyarakat setempat serta pengunjung, agar tidak mencoret-coret tembok seperti yang terjadi di beberapa dinding bangunan MPS. Menjadi pekerjaan rumah buat pemerintah untuk memperbaiki dan memperlebar beberapa ruas jalan, serta membuat marka atau penunjuk jalan sampai ke MPS, untuk mempermudah pengunjung.


Laporan : Roy Rommel Pangaribuan

0 komentar:

Posting Komentar