pesona bahari

Sabtu, 04 November 2017

HABATAHON

05.25
0

Jika berbicara mengenai budaya dengan kids jaman now, mungkin akan terasa hambar, biasanya mereka kurang tertarik mengenai hal-hal yang tradisional, hal tersebut  sangat bertolak belakang dengan perkembangan teknologi dan budaya modern yang kian menggerus hal-hal yang berbau jadul.


Pada dasarnya anak yang lahir di era 90an ke bawah dan berasal dari kampung halaman masih memiliki ketertarikan mempelajari dan menggunakan sebagian budaya tradisional tersebut meski berjibaku untuk mengimbangi berbagai teknologi yang membahana ini. Saya yang lahir di dareah Toba yakni di kecamatan Laguboti, desa Gasaribu Huta atau dusun Lumban Sibisuk, merasa banyak ketertinggalan dengan adat istiadat yang biasa diselenggarakan oleh kaum Batak. Di satu sisi saya  merasa orang yang beruntung karena memiliki 6 orang saudara yang lebih dewasa dan wawasan mereka lumayan untuk menjawab setiap pertayaan yang saya ajukan mengenai adat istiadat Batak.


Salah satu alasan yang menjadikan saya senang menjadi orang batak adalah adanya kejelasan silsilah dan tarombo batak. misalnya saja, saya adalah keturunan ke 14  dari Raja Pangaribuan. Setiap orang tua dari suku batak selalu mengajarkan atau memberitahu anaknya tentang silsilah tersebut, karena penting untuk tarombo / cara mengetahui hubungan kekeluargaan pada masyarakat batak.




Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah video yang dikirim  oleh   teman lewat group WhatsApp, video tersebut menayangkan   tentang sekumpulan  orang    Batak   sedang melaksanakan ritual adat yakni manortor, kegiatan istiadat tersebut dilakasanakan pada tahun 1938, rentang waktu 79 tahun   ini  ternyata memiliki pergeseran budaya yang sangat signifikan. Ada banyak pergeseran budaya Batak yang dapat saya perbandingkan antara isi situasi di video tersebut dan keadaan sekarang. Baik dari segi tampilan rumah adat, pakaian  tradisional, gerakan tari dan bahkan alat musik yang dipergunakan sangat berbeda sekali antara dulu dan sekarang.


Pelaksanaan budaya di desa dan di kota juga terasa kental perbedaannya meski tujuan utamanya sama, akulturasi budaya,  permissive    serta kemajuan teknologi menjadi alasan utama terjadinya pergeseran  budaya jaman dulu dan sekarang. Di satu sisi keaslian budaya tersebut terenggut tetapi disisi lain pergeseran tersebut membuat   adanya  ketertarikan tersendiri bagi para generasi jaman now untuk menjalankan budaya tersebut.

Horas,

Roy Rommel Pangaribuan



0 komentar:

Posting Komentar